Rabu, 27 April 2016

jenis-jenis penelitian



-->
JENIS / RAGAM PENELITIAN
- Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan:
1. Tujuan;
2. Pendekatan;
3. Tempat;
4. Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;
5. Bidang ilmu yang diteliti;
6. Taraf Penelitian;
7. Teknik yang digunakan;
8. Keilmiahan;
9. Spesialisasi bidang (ilmu) garapan;
Juga ada Pembagian secara umum:
- Berdasarkan hasil / alasan yang diperoleh :
1. Basic Research (Penelitian Dasar): mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan) : mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.
- Berdasarkan Bidang yang diteliti:
1. Penelitian Sosial: Secara khusus meneliti bidang sosial : ekonomi, pendidikan, hukum dsb;
2. Penelitian Eksakta<:secara :="" bidang="" dsb="" eksakta="" fisika="" khusus="" kimia="" meneliti="" p="" teknik="">
- Berdasarkan Tempat Penelitian :
1. Field Research (Penelitian Lapangan / Kancah): langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan) : Dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium) : dilaksanakan pada tempat tertentu / lab , biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;
- Berdasarkan Teknik yang digunakan :
1. Survey Research (Penelitian Survei) : Tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti:
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan) : dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti;
- Berdasarkan Keilmiahan :
1. Penelitian Ilmiah : Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah / meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar / tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu :
a. Kemampuan memberikan pengertian ayng jelas tentang masalah yang diteliti:
b. Kemampuan untuk meramalkan : sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat / waktu lain;
Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah :
a) Purposiveness : fokus tujuan yang jelas;
b) Rigor : teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
c) Testibility : prosedur pengujian hipotesis jelas
d) Replicability : Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
e) Objectivity : Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
f) Generalizability : Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
g) Precision : Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
h) Parsimony : Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
2. Penelitian non ilmiah : Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah.
- Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll;
- Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yangd itatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yangd ilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan / menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.
- Penelitian secara umum :
o Penelitian Survei:
§ Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
§ Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb;
§ Melakukan evaluasi serta perbandinagn terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
§ Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
§ Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
§ Penelitian ini dapat berupa :
a. Penelitian Exploratif (Penjajagan): Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik?
b. Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti menegmbangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis;
c. Penelitian Evaluasi : mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi disini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan);
d. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan) : menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis;
e. Penelitian Prediksi : Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
f. Penelitian Pengembangan Sosial : Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;
o Grounded Research : Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.
Uraian berdasarkan data; Teori yang
Data -------- Analisis menjadi konsep dan Hipotesis----- menerangkan
Berdasarkan data data
o Studi Kasus : Mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit yang menjadi subjek; tujuannya memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat, karakteristik yang khas dari kasus, yang kemudian dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Hasilnya merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal. Ruang lingkupnya bisa bagian / segmen, atau keseluruhan siklus /aspek. Penelitian ini lebih ditekankan kepada pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.
o Penelitian Eksperimen : Dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap variabel tertentu; Untuk pengujian hipotesis tertentu; dimaksudkan untuk mengetahui hubungan hubungan sebab - akibat variabel penelitian; Konsep dan varaiabelnya harus jelas, pengukuran cermat. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakukan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menjediakan kontrol untuk perbandingan.
No.
Penggolongan Menurut
Jenis/Ragam Penelitian
1.
Tujuan
a.Eksplorasi;
b. Pengembangan;
c. Verifikasi
2.
Pendekatan
a. Longitudinal;
b. Cross-sectional;
c. Kuantitatif;
d. Survei;
e. Assessment;
f. Evaluasi;
g. Action Research;
h.
3.
Tempat
  1. Library;
  2. Laboratorium’
  3. Field
4.
Pemakaian
  1. Pure;
  2. Applied
5.
Bidang Ilmu
  1. Pendidikan ;
  2. Agama;
  3. Manajemen;
  4. Komunikasi;
  5. Administrasi;
  6. Keteknikan;
  7. Bahasa;
  8. Hukum;
  9. Sejarah;
  10. Antropologi;
  11. Sosiologi;
  12. Filsafat;
6.
Taraf Penelitian
  1. Deskriftif;
  2. Eksplanasi
7.
Saat terjadinya variabel
  1. Historis;
  2. Ekspos-Fakto;
  3. Eksperimen
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
No.
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
1.
Kejelasan Unsur :
Tujuan, pendekatan, subjek, sampel,
Sumber data sudah mantap, rinci sejak awal
Subjek sampel, sumber data tidak mantap
Dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan
2.
Langkah penelitian :
Segala sesuatu direncanakan sampai
Matang ketika persiapan disusun
Baru diketahui denagn mantap dan jelas setelah penelitian selesai
3.
Hipotesis (Jika memang perlu)
a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian;
b. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan--- a priori
Tidak menegmukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung--- tentatif
Hasil penelitian terbuka
4.
Disain :
Dalam disain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan
Disain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya;
5.
Pengumpulan data :
Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan
Kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti.
6.
Analisis data :
Dilakukan sesudah semua data terkumpul.
Dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data
TUJUAN PENELITIAN :
Secara umum ada empat tujuan utama :
1.Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu;
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada;
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada;
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)
PERANAN PENELITIAN
1. Pemecahan Masalah : meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait mengkait;
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan : meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :
PERSYARATAN PENELITIAN :
  1. Mengikuti konsep ilmiah;
  2. Sistematis : Pola tertentu;
  3. Terencana :
Penelitian dikatakan baik bila :
1. Purposiveness : Tujuan yang jelas;
2. Exactitude : Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
3. Testability : Dapat diuji atau dikaji;
4. Replicability : Dapat diulang oleh peneliti lain;
5. Precision and Confidence : Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
6. Objectivity : Bersifat objektif;
7. Generalization : Berlaku umum;
8. Parismony : Hemat, tidak berlebihan;
9. Consistency : data atau ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata atau ungkapan yang memiliki arti sama;
10. Coherency : Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.
PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :
Garis besar :
a. Pembuatan rancangan;
b. Pelaksanaan penelitian;
c. Pembuatan laporan penelitian
Bagan arus kegiatan penelitian
  1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
  2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
  3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
  4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
  5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat emenentukan variabel apa, objeknmya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
  6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
  7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
  8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
  9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
  10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
  11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian, misalnya: Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan. Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain. Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data. Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif. Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.

Label:

Rabu, 10 Februari 2010

Laporan PKL

INVENTARISASI POPULASI KERA HITAM SULAWESI (Macaca Nigrescens) di Lokasi Toraut Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

oleh samrun kunuti

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang-undang tersebut, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Perubahan ekosistem hutan juga berdampak pada kehancuran habitat flora dan fauna. Perubahan ini mengakibatkan konflik antar satwa, maupun konflik satwa dengan manusia. Akibat habitat yang telah rusak, hewan tidak lagi memiliki tempat yang cukup untuk hidup dan berkembang biak.
Pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi-fungsinya dengan kriteria dan pertimbangan tertentu, ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 5 ayat (2), sebagai berikut :
• Kawasan Hutan Konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam (cagar alam dan Suaka Margasatwa), Kawasan Pelestarian Alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam), dan Taman Buru.
• Hutan Lindung
• Hutan Produksi

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.
Kriteria Penetapan Kawasan Taman Nasional (TN) adalah sebagai berikut :
• Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami
• Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami
• Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh
• Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai
pariwisata alam
• Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.
Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain :
• Ekonomi Dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara.
• Ekologi
• Dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan.
• Memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam / bahari.
• Pendidikan dan Penelitian
• Merupakan obyek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.
• Jaminan Masa Depan
• Keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang.
Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasionali kelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan taman nasional sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan.
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) merupakan kawasan taman nasional yang berada di dua kabupaten, yaitu kebupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan kabupaten Bone Bolango (Gorontalo). TNBNW sebelumnya merupakan gabungan beberapa kawasan lindung, yaitu Kawasan Suaka Margasatwa Dumoga dengan luas 93.500 ha sesuai dengan SK Menteri Pertanian (Nomor:476/Kpts/Um/8/1979), Kawasan Margasatwa Bone dengan luas 110.000 ha (SK mentan nomor 764/Kpts/Um//1979), dan kawasan Cagar Alam Bulawa dengan luas 75.200 ha (SK mentan nomor 438/Kpts/Um/6/1980).
Pada konfrensi Taman Nasional Sedunia Ke III di Bali tahun 1982, ketiga kawasan tersebut disatukan sebagai Taman Nasional yang ditetapkan dengan SK mentan nomor 736/Metan/X/1982, tgl 14 oktober 1982. kemudian dengan SK Menhut nomor 731/Kpts-II/1991 tgl 15 oktober 1991 kawasan tersebut ditetapkan menjadi Taman Nasional Dumoga Bone dengan luas 287.115 ha. Nama Kawasan Taman Nasional Dumoge Bone kemudian berubah mengalami perubahan menjadi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dengan keputusan mentri kehutanan nomor 1127/kpts-II/1992 tgl 19 Desember 1992.
Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone merupakan hasil pertimbangan politis konservasi untuk mengabadikan nama Bogani (sebutan unuk Kasatria) dari kabupaten Bolaang Mongondow dan untuk mengenang pahlawan dari kabupaten Gorontalo yang bernama Nani Wartabone.
Sebagai salah satu bentuk kawasan pelestarian alam, TNBNW mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
a. Fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan
b. Fungsi pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
c. Fungsi pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
Semua makhluk hidup membutuhkan dan berhak menikmati fungsi kawasan ini karena selain merupakan bagian dari ekosistemnya, hidup mereka tergantung dari kawasan ini. Oleh karena itu, Taman Nasional dapat dikatakan sebagai salah satu benteng terakhir dalam upaya konservasi alam.
Terkait dengan fungsinya tersebut, Taman Nsional Bogani Nani Wartabone memiliki multi manfaat yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung, antara lain :
Pengaturan stabilitas hidrologis (pengaturan resapan air, pencegahan banjir dan kekeringan, pemeliharaan kesuburan tanah dan produktifitas lahan)
Pengaturan stabilitas iklim
Media penyerbukan alamiah bagi vegetasi alam dan tanaman
Sebagai laboratorium alam (pendidikan dan penelitian)
Perlindungan sumberdaya genetik dan perlindungan cadangan benih, populasi dan cadangan keanekaragaman hayati serta produksi ekosistem.
Mendukung pertahanan dan keamanan nasional
Secara umum TNBNW mempunyai batas kawasan sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Hutan lindung di wilayah kecamatan Atinggola dan kecamatan Santombolang.
• Sebelah Timur : Tanah milik ± 120 km di kecamatan Dumoga serta hutan produksi terbatas
• Sebelah Selatan : Hutan produksi terbatas di kecamatan Pinolosian, serta hutan lindung di kec Bolang Uki dan Kecamatan Bone Pante.
• Sebelah Barat : Hutan Produksi Terbatas di kecamatan Suwawa, kecamatan Tapa dan Kecamatan Kabila.
Panjang keliling kawasan TNBNW adalah 725 km dan sudah di tata batas secara temu gelang.
Kawasan hutan TNBNW memiliki keanekaragaman (Biodiversitas) dan potensi jenis sumber daya alam yang khas dan unik yang perlu diketahui, dilestarikan dan dikembangkan. Potensi jenis tersebut salah satunya adalah satwa jenis primata yaitu kera hitam sulawesi (Macaca sp).
Pengawetan dan pelestarian keanekaragaman jenis satwa ini serta pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan salah satu fungsi taman nasional, sehingga keberadaannya sangat mendukung dalam pengembangan dan pengelolaan TNBNW ke depan.
Sejalan dengan hal tersebut, salah satu upaya yang dilaksanakan adalah melakukan kegiatan inventarisasi satwa jenis monyet/kera hitam sulawesi yang dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone khususnya wilayah Toraut. Populasi dan habitat satwa ini banyak mengalami perubahan baik penambahan melalui kelahiran (natalitas), perpindahan (migrasi) maupun kematian (mortalitas) sehingga keberadaannya mengalami perubahan. Diperlikan upaya dan langkah-langkah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai keberadaan populasi dan habitat satwa kera hitam sulawesi yang ada dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone melalui kegiatan inventarisasi satwa, guna perlindungan dan pelestarian serta pengelolaan Taman Nasional selanjutnya.




B. Maksud dan tujuan
1. Maksud
Kegiatan inventarisasi kera hitam sulawesi ini bermaksud untuk mendapatkan data dasar dan informasi sebagai acuan dalam pengelolaan dan pengembangan TNBNW dalam bidang sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sekaligus pelestarian dan pemanfaatannya.
2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan inventarisasi ini adalah untuk memperkirakan jumlah populasi dan mengetahui keadaan habitat, keberadaan serta penyebaran kera hitam sulawesi pada kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone khususnya di lokasi Toraut













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kawasan Hutan
Menurut Sharma (1992) dalam Suhendang (2002) hutan adalah Suatu komunitas tumbuhan yang didominir oleh pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lain, tumbuh secara bersama-sama dan cukup rapat. Defenisi hutan ini lebih menekankan. kepada wujud biofisik hutan berdasarkan jenis tumbuhan yang dominan (pohon-pohon atau tumbuhan berkayu lainnya), Sifat pertumbuhan pohon (bersama-sama dan cukup rapat) dan berfungsi sebagai komunitas tumbuhan. Secara ekologis hutan mampu menciptakan iklim mikro didalam hutan, yang berbeda dengan keadaan disekitarnya.
Hutan sebagai suatu ekosistem, yang terdiri atas komponen yang hidup (biotik) misalnya tumbuhan, hewan, termasuk yang hidup di lapisan atas tanah dan komponen yang tidak hidup (abiotik) yaitu lingkungannya seperti udara, air, tanah, cahaya matahari dan lain sebagainya. Jadi sebuah kesatuan masyarakat hidup atau biocoenose.
Dari definisi ini telah dicirikan factor biotik dan abiotik penyusun suatu ekosistem hutan yang saling berinteraksi dan mempengaruhi sebagai suatu kesatuan ekosistem yang utuh. Bila salah satu komponen tersebut terganggu maka ekosistem tersebut akan menjadi tidak seimbang (Manan S, 1998).
Indonesia terkenal sebagai salah satu negeri paling kaya dalam luas hutan dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Menurut Sunarto, seorang aktivis Conservation International Indonesia, Indonesia memiliki 515 jenis mamalia (urutan kedua di dunia), 39 persen diantaranya endemik. Urutan kelima dunia jenis burung (total 1,531 jenis). Sebanyak 397 jenis diantaranya hanya ditemukan di Indonesia. Untuk tumbuhan, Indonesia termasuk lima besar dunia 38.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi (Sunarto, 2007).
Hutan berperan penting sebagai sumber kehidupan, keanekaragaman hayati genetik, mesin pemroses, gudang raksasa penyimpan karbon dan stabilitator iklim dunia. Hutan menjamin ketersediaan pasokan air bersih dan memelihara kesuburan tanah. Hutan juga menjadi azas kebudayaan yang kaya raya bagi komunitas yang tinggal di sekitar hutan. Kawasan hutan menjadi tempat tinggal kurang lebih 85 hingga 95 juta jiwa komunitas lokal. Namun yang terjadi justru kekayaan hutan hanya dinikmati oleh segelintir orang yang memperoleh hak untuk mengelola hutan karena KKN dengan pejabat yang korup (Suroso, 2006).

B. Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1985, Kegiatan Perlindungan Hutan bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhi fungsinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakikan segala usaha, kegiatan dan tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya alam, hama dan penyakit, serta untuk memprtahankan dan menjaga hak – hak negara atas hasil hutan.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997, Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak dapat diperbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan dapat diperbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
Di dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990, pengertian tentang Konservasi sumber daya alam di atas lebih dipersingkat menjadi Pengelolaan sumber daya alam hayati yang pengelolaannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungn persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan dan lingkungannya agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk :
• Mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh manusia, ternak, kebakaran, daya – daya alam, hama serta penyakit
• Mempertahankan dan menjaga hak – hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, hasil hutan, inventarisasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.



C. Profil Kera Hitam Sulawesi (macaca sp)
Klasifikasi kera hitam sulawesi (macaca sp) menurut Collinge (1993) adalah sebagai berikut:
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Species : Macaca sp
Nama daerah : Yaki (Minahasa ) Bolai ( Bolmong ) Dihe (Gorontalo)
Satwa ini dilindungi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah RI No.7 Tahun 1999. Bisa ditemukan di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Cagar Alam Gunung Duasudara, Cagar Alam Gunung Ambang, Gunung Lokon dan Tangale, dan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

D. Morfologi Kera Hitam Sulawesi (macaca sp)
Kera hitam sulawesi memiliki ciri fisik antara lain (Anonim, 1998)
 Ekornya relatif pendek dan kecil (hampir tidak terlihat) rata-rata mencapai ± 2 (dua) cm.
 Kera dewasa mempunyai jambul dengan komposisi bulu teratur kebelakang dan untuk anak kera belum ada jambul.
 Pada musim kawin pantatnya berubah warna menjadi merah jambu.
 Kulit bulu berwarna hitam pekat.
 Berat badan Kera Hitam Sulawesi dewasa rata-rata 7-9 Kg.
 Kera yang baru lahir belum terlihat ada bulu, warna masih kemerah-merahan.
 Bulu Kera Hitam tumbuh pada umur 1-2 minggu, dan berwarna keputih- putihan.Umur 3-4 bulan, bulu mulai berwarna hitam.
 Umur lima bulan keatas keseluruhan bulunya sudah berwarna hitam dan sudah mulai aktif.
Perbedaan kelas umur dan jenis kelamin pada Macaca sp menurut Dumanaw (1997), dapat diketahui ciri-ciri sebagai berikut
 Jantan dewasa : memiliki berat badan yang besar, bahu lebar, kepala besar dan memiliki taring yang panjang.
 Betina dewasa : puting susu besar dan terlihat berwarna merah, bagian ischial collesities besar dan berwarna merah.
 Anak-anak : postur tubuh kecil dan masih dalam taraf pertmbuhan serta fase menyusui pada induk.

E. Habitat dan Makanan (Macaca sp)
Kera Hitam sangat menyukai hutan yang masih primer. Namun kadang- kadang ditemukan pula pada hutan-hutan sekunder dan perladangan penduduk yang ditanami jagung atau pisang. Kera Hitam adalah jenis kera pemakan buah- buahan. Di dalam hutan kera hitam menyukai buah ara (beringin), buah dao, buah rotan, dan pisang hutan. Di dekat perladangan penduduk, kera hitam memakan buah- buahan apa saja (Tungkagi, 2005) .


F. Perilaku Kera Hitam Sulawesi (Macaca sp)
Kera hitam sebagaimana jenis primata lainnya hidup berkelompok- kelompok. Dalam pengembaraan mencari makan, ditengah perjalanan biasanya pecah menjadi kelompok- kelompok kecil yang disebut sub kelompok. Baru ketika istirahat sub kelompok ini bergabung lagi menjadi kelompok (Alphamale 1988 dalam Mustika 1988).
Tiap- tiap kelompok dipimpin oleh seekor jantan yang paling besar. Dalam satu kelompok terdapat komposisi struktur individu, yaitu beberapa jantan, betina dan anak. Aktifitas hariannya biasanya sudah dimulai pada saat hari sudah mulai terang yaitu mulai pukul 05.30- 17.30. Pada siang hari sekitar pukul 11.00- 14.00 kelompok kera hitam sedang istirahat. Daya jelajahnya (home range) selalu menuju ke satu arah dan akan kembali kearah semula dengan daya jelajah (home range) rata – rata ± 0,8 – 1 km, Bila akan tidur kelompok kera hitam lebih menyukai pohon yang tinggi, besar, banyak cabangnya, apalagi pohon yang sedang berbuah (Mustika, 1988).

G Definisi Oprasional
• Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara. (UU Nomor 5 thn 1990)
• Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. (UU Nomor 5 thn 1990)
• Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
• Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi. (UU Nomor 5 thn 1990)
• Hutan adalah asosiasi masyarakat tumbu-tumbuhan dan hewan yang didominasi oleh pohon-pohon dengan luasan tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekologis tertentu (Simon, 1994)
• Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawettkan (Anonim, 2005)
• Populasi adalah sekelompok mahkluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup di suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula (Irianto, 2000)











BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN


A. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan inventarisasi kera hitam sulawesi (macaca sp) ini dilaksanakan selama dua bulan dimulai tanggal 29 Juni sampai dengan tanggal 29 Agustus 2009. Sedangkan tempat kegiatan ini dilaksanakan kelompok hutan Toraut, SPTN II Duloduo Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
B Alat dan bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah :
* GPS * Peta kerja
* Kompas * Parang
* Tali * Kamera
* Tally sheet * Alat tulis
* Meteran

C. Metode Praktek
Kegiatan Inventarisasi macaca sp ini menggunakan metode Line Transek (Cain dan Castro, 1959). Metode ini meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa jumlah satwa, jarak pengamat dengan satwa dan jarak satwa dari transek. Adapun Luasan yang diinventarisasi adalah 200 ha dengan intensitas 5 %, sehingga luas daerah yang akan diamati adalah 10 ha dan di bagi dalam 5 jalur pengamatan dengan interval jarak 1,25 km. Sehingga panjang jalur adalah 1 km.
Adapun cara kerja pengamatan yang dilakukan sebagai berikut :
 Persiapan
o Menyiapkan alat-alat yang digunakan selama inventarisasi
o Menyiapkan data sekunder sebagai acuan
o Menyiapkan peta kerja
o Mengadakan orientasi lapangan yang diperkirakan habitat satwa dimaksud
 Pelaksanaan Kegiatan
o Menentukan 5 titik ikat di mana pengamatan akan dimulai.
o Dari titik ikat, kemudian membuat jalur sepanjang masing-masing 1 Km.
o Daerah yang diamati adalah 10 m kiri dan 10 m kanan sepanjang jalur, Skema jalur pengamatan adalah sebagai berikut :





Keterangan :
 = Titik Ikat
= Posisi pengamat
= Satwa yang teramati
α = Sudut pandang, yaitu sudut antara arah transek dan satwa terlihat pada saat dideteksi, α = 0 jika satwa terlihat pada garis transek.

D. Analisis Data
Berdasarkan data pada Gambar di atas, maka dapat dianalisis dengan rumus (Cain dan Castro, 1959)sebagai berikut:
(Z1 x D1) + (Z2 x D2) + (Z3 x D3)
Rataan jarak pengamatan (D) =
Z

(Z1 x Y1) + (Z2 x Y2) + (Z3 x Y3)
Rataan jarak tegak lurus (Y) =
Z
AZ
Pendugaan populasi berdasarkan jarak radial (PD) =
X x (2 x D)

AZ
Pendugaan populasi berdasarkan jarak terpendek (PY) =
X x (2 x Y)

Keterangan :
D = Jarak satwa dengan pencatat
Y = Jarak tegak lurus satwa dengan jalur pengamatan
Z = Jumlah satwa yang terlihat pada titik pengamatan
X = Panjang jalur
A = Luas wilayah pengamatan

Setiap kelompok Macaca sp yang ditemui akan dicatat dalam tally sheet berdasarkan jumlah individu per kelompok, jenis kelamin, anak, habitat dan jam/waktu ditemuinya. (Tally sheet terlampir).

E. Wawancara
Disamping melakukan pengamatan langsung di lapangan juga mengadakan wawancara langsung baik dengan petugas lapangan sebagai pembimbing teknis juga dengan masyarakat sekitar kawasan hutan. Wawancara dilakukan dengan pembimbing teknis bertujuan untuk mengetahui mengeni pengelolaan, pemeliharaan satwa-satwa yang ada di kawasan tersebut, sedangkan wawancara kepada masyarakat bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran masyarakat terhadap kelestarian kera hitam sulawesi.






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil
Berdasarkan Hasil inventarisasi dimasukan ke dalam tally sheet (Lampiran 1). Hasil inventarisasi di analisis dan di maskan kedalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisis data inventarisasi kera hitam sulawesi (Macaca sp)
No Uraian Hasil perhitungan Satuan
1
2
3

4 Rataan jarak pengamatan (D)
Rataan jarak tegak lurus (Y)
Pendugaan populasi berdasarkan jarak radial (PD)

Pendugaan populasi berdasarkan jarak terpendek (PY)
10,25
4,56
16

35
Meter
Meter
Ekor

Ekor
Perkiraan populasi di area inventarisasi 16-35 ekor

Jadi perkiraan populasi di kelompok hutan toraut adalah 16-35 ekor per 200 ha

B. Pembahasan
Potensi keanekaragaman fauna di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki tingakat keanekaragaman yang tinggi, terutaman jenis-jenis burung yang sangat beranekaragam. Hampir semua jenis khas Sulawesi yang jumlahnya berkisar 80 jenis terdapat disini. Jenis satwa di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani wartabone terdiri dari 24 jenis mamalia, 11 jenis reptilia, 2 jenis amphibi, 64 jenis aves, 36 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang dan 19 jenis ikan air tawar.
Jenis-jenis endemik, diantaranya : babi rusa (Babyrousa babyrussa), anoa (Bubalus sp), musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroecikii), kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger celebensis). Primata endemik antara lain : monyet uki (Macaca hecki) berada di Gorontalo, kera hitam (Macaca nigra dan Macaca nigrecens) berada di Minahasa, Sedangkan Tarsius atau tangkasi (Tarsius spectrum) berada di Bol-Mong. Sekitar 45 jenis dari 64 jenis burung yang ada merupakan burung endemik dan jenis endemik yang paling unik adalah maleo (Macrocephalon maleo) dan jenis lainnya adalah julang atau rangkong sulawesi (Aceros casidix).
Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki karakteristik ekologis perwakilan Wilayah Wallacea dengan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Terdapat empat tipe ekosistem yang menonjol, yaitu hutan sekunder, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan dan hutan lumut.
Semua makhluk hidup membutuhkan dan berhak menikmati fungsi kawasan ini karena selain merupakan bagian dari ekosistemnya, hidup mereka tergantung dari kawasan ini. Oleh karena itu, Taman Nasional dapat dikatakan sebagai salah satu benteng terakhir dalam upaya konservasi alam. Pengelolaan dan pemanfaatan untuk sumber daya hutan, dalam rangka kesinambungan usaha Perlindungan hutan, dengan maksud konservasi yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah terjadinya kerusakan agar kelestarian fungsi hutan dapat tetap terjaga.
Dalam upaya perlindungan terhadap hutan, harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan atau ekosistem secara global. Lingkungan gobal menurut Soemartono adalah lingkungan hidup sebagai suatu keseluruhan, yaitu wadah kehidupan yang di dalamnya berlangsung hubungan saling mempengaruhi (interaksi) antara makhluk hidup (komponen hayati) dengan lingkungan setempat (komponen hayati).
Berdasarkan hasil pengamatan, habitat kera hitam sulawesi (Macaca sp) di Lokasi Toraut sudah mulai berkurang karena hutan di Toraut sudah banyak mengalami perubahan dari hutan primer menjadi hutan sekunder. Meskipun di tempat ini masih banyak tersedia jenis Pohon yang berbuah sebagai pakannya dan tempa hidup namun dengan adanya perambahan yang sering dilakukan oleh masyarakat sekitar memungkinkan terancamnya populasi kera hitam (Macaca sp). Satwa ini juga menyukai jenis – jenis pohon yang tinggi dan bercabang banyak. Beberapa jenis pohon yang biasa menjadi habitatnya antara lain: Beringin (Ficus sp), Dao (Dracontomelon dao) Pohon-pohon ini merupakan jenis pohon penghasil buah yang biasa dimakan oleh satwa ini.
Penyebaran Kera Hitam Sulawesi biasanya terfokus di hutan primer pada lokasi yang masih banyak jenis pohon berbuah yang biasa dimakan oleh satwa ini. Daya jelajahnya (home range) selalu menuju ke satu arah dan akan kembali kearah semula dengan daya jelajah rata-rata ± 0,8–1 km. Bila selama dalam perjalanan terjadi gangguan yang bisa membahayakan kelompoknya, maka kelompok itu akan keluar dari jalur lintasnya (home rangenya) untuk menyelamatkan diri dan bila situasi sudah dianggap cukup aman, maka kelompok ini akan kembali ke jalurnya semula. Apabila vegetasi yang ada dalam hutan primer tidak dalam musim berbuah maka Kera Hitam Sulawesi mencari makan sampai ke hutan sekunder bahkan sampai ke daerah perkebunan di sekitar Kawasan Taman Nasional Baogani Nani Wartabone.
Berdasarkan hasil inventarisasi ditemukan 2 (dua) kelompok Kera Hitam Sulawesi (Macaca sp ). Kelompok 1 (satu) berjumlah 9 (sembilan) ekor, kelompok 2 (dua) berjumlah 7 (tujuh) ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tally sheet.
Adapun gangguan kawasan yang ditemukan di lokasi inventarisasi berupa perladangan liar, penebangan liar dan dari masyarakat juga diperoleh informasi maraknya perburuan satwa, bahkan dari hasil wawancara dengan masyarakat, dari delapan kelurga lima diataranya mengaku sering memburu kera hitam sulawesi kerena resah dengan gangguan kera yang sering memakan tanaman jagung mereka. ini merupakan ancaman bagi keberadaan kera hitam sulawesi di wilayah ini yang nantinya dikhawatirkan akan berpengaruh pada pengelolaan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dalam upaya pelestarian kera hitam yang ada mengingat bahwa kera hitam menyukai pepohonan yang memiliki tajuk yang lebat.












BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil inventarisasi Kera Hitam Sulawesi (Macaca sp) di lokasi Toraut dapat disimpulkan bahwa :
1. Populasi Kera Hitam Sulawesi (Macaca sp) di wilayah ini relatif sedikit, hasil inventarisasi menunjukkan perkiraan jumlah keseluruhan kera yang ada di lokasi Toraut adalah 16-35 ekor per 10 ha.
2. Habitat asli Kera Hitam Sulawesi (Macaca sp) adalah kawasan hutan yang masih utuh (hutan primer) dimana banyak ditemukan jenis pohon yang berbuah, namun kadang – kadang juga menyukai hutan sekunder sampai turun ke perkebunan masyarakat untuk mencari makan, terutama pada saat pohon – pohon di hutan tidak musim berbuah.
3. Kera hitam sulawesi (Macaca sp) biasanya bergelantungan di pohon beringi(Ficus sp), buah beringin sering dimakan oleh kera hitam sulawesi (Macaca sp), selain pohon beringin pohon dao (Dracontomelon dao) juga digunakansebagai tempat beristirahat dan bergelantungan karena buah dao pun sering dimakan oleh kera hitam sulawesi (Macaca sp).
4. Adanya gangguan kawasan berupa perladangan liar, penebangan liar dan perburuan satwa sangat mempengaruhi terhadap perkembangan populasi satwa yang ada di kawasan TNBNW.


B Saran
1. Guna mengetahui lebih lanjut perkembangan populasi Kera Hitam Sulawesi yang ada di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, kiranya kegiatan serupa dapat berlanjut secara rutin di beberapa lokasi yang berbeda.
2. Perlunya peningkatan pengawasan serta pengamanan terhadap habitat Kera Hitam Sulawesi terutama dari kegiatan perburuan masyarakat, dalam hal ini perlu dilakukan tindakan tegas oleh pihak Taman Nasional sendiri kerja sama dengan pihak terkait.
3 Agar lebih mengintensifkan penyuluhan terhadap para peladang liaryang ada di sekitar wilayah ini, agar tidak terjadi perambahan kawasan yang lebih luas, yang di kuatirkan akan mengganggu dan merusak habitat Kera Hitam Sulawesi yang ada.












DAFTAR PUSATAKA


Anonim, 1998. Inventarisasi Kera Hitam Sulawesi (Macaca sp) di Wilayah kosinggolan. Proyek Pengembangan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Kotamobagu

Anonim, 1985. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta

Anonim, 1999. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 41 Tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Anonim, 1990. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tentang Perlindungan Hutan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Anonim, 2000. Fungsi dan Multimanfaat Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Kotamobagu

Anonim, 2007. Database Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Proyek Pengembangan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Kotamobagu

Mahmud Madolombang, 2006. Inventarisasi Populasi Kera Hitam Sulawesi (Macaca sp) di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Universitas Dumoga Kotamobagu. Kotamobagu

http://id.wikipedia.org/wiki/kera_hitam_sulawesi


:

Label:

Sabtu, 27 Juni 2009


Fotoku bersama teman-teman peserta PKL di Hutan Toraut